Amalia Maurizka
Penulis Indscript
Tuna daksa bisa disebut dengan disabilitas fisik. Merawat penyandang tuna daksa memerlukan perhatian ekstra. Disabilitas merupakan suatu keadaan yang merusak atau membatasi kesehatan mental atau fisik seseorang. Ada beberapa disabilitas, salah satunya tuna daksa atau disabilitas fisik. Keterbatasan ini yang mengakibatkan penyandang disabilitas fisik terkendala untuk melakukan aktivitas secara mandiri, seperti duduk, berdiri, dan berjalan. Oleh karena itu, anak berkebutuhan khusus memerlukan perawatan dan penyesuaian untuk mempermudah aktivitasnya sehari-hari.
Contents
Apa Saja Dampak Tuna Daksa?
Kecacatan tubuh yang dialami seorang tuna daksa dapat berimplikasi pada kehidupan sehari-hari. Dampak tersebut berupa:
- Masalah kesulitan belajar: masalah ini berkaitan dengan hambatan-hambatan yang dialami seorang tuna daksa, akibat kelainan pada otak atau gangguan sistem pada saraf.
- Masalah sosialisasi berkaitan dengan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Seorang tuna daksa cenderung lebih mudah frustasi, menarik diri, dan terdesak oleh kehidupan orang lain.
- Masalah latihan bergerak berkaitan dengan kondisi orang tuna daksa yang mengalami gangguan dalam bergerak.
- Masalah keterampilan dan pekerjaan: Orang tuna daksa memiliki keterbatasan fisik.
Oleh karena itu, membutuhkan bantuan dan pembinaan agar dapat mandiri dan tidak ketergantungan dengan orang lain.
Penyebab Tuna Daksa
Tuna daksa merupakan kondisi yang disebabkan beberapa hal, baik dari faktor keturunan, penyakit bawaan sejak lahir, atau kecelakaan. Faktor yang menjadi disabilitas fisik adalah sebagai berikut:
- Fase prenatal (sebelum kelahiran): terjadi ketika bayi masih di dalam kandungan, seperti kelainan genetik, gangguan pembentukan saraf, dan infeksi yang menyerang otak.
- Fase perinatal (saat melahirkan): terjadi saat bayi dilahirkan, seperti pinggul ibu terlalu kecil, posisi bayi sungsang, pendarahan saat kelahiran, atau pemakaian anestesi (bius) secara berlebihan.
- Fase postnatal (setelah kelahiran): terjadi setelah bayi dilahirkan, seperti mengalami penyakit infeksi yang menyerang otak, kecelakaan menyebabkan trauma kepala, dan amputasi anggota badan.
Tips Mendidik Anak Tuna Daksa:
1. Memahami kebutuhan individu
Setiap anak tuna daksa memiliki kebutuhan dan kemampuan yang berbeda. Untuk memahami kondisi spesifik anak, termasuk jenis dan tingkat disabilitasnya, dan dampak perkembangan anak. Pahami jenis kelainan yang dialami, seperti cerebral plasy, cedera tulang belakang, atau distrofi otot.
2. Pembelajaran yang Disesuaikan
- Menggunakan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya belajar anak. Mempertimbangkan penggunaan alat bantu visual, audio, dan metode pembelajaran multisensori.
- Menyesuaikan kurikulum sekolah dengan kemampuan anak, fokus dengan pengembangan keterampilan fungsional dan kemandirian anak.
- Pastikan anak memiliki akses yang sama terhadap fasilitas dan sumber belajar di sekolah.
3. Komunikasi yang Efektif
- Menggunakan bahasa yang jelas, sederhana, dan mudah dipahami oleh anak. Hindari penggunaan kalimat yang terlalu panjang atau kompleks.
- Menggunakan simbol, gambar, atau gerakan tubuh untuk membantu anak memahami informasi.
- Memberikan waktu kepada anak untuk memproses informasi dan merespon pertanyaan.
4. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung
- Pastikan rumah dan lingkungan sekitar aman dan mudah diakses oleh anak, termasuk menyediakan jalur khusus, pegangan tangan, dan perlengkapan lain yang dibutuhkan.
- Menciptakan suasana rumah yang penuh kasih sayang, penerimaan, dan dukungan. Hindari sikap yang meremehkan anak.
- Mengajak anak berinteraksi dengan teman sebaya, baik di dalam maupun di luar rumah. Melibatkan anak dalam kegiatan sosial yang sesuai dengan kemampuan.
5. Terapi dan Dukungan Profesional
- Terapi Okupasi: Terapi okupasi dapat membantu anak mengembangkan keterampilan motorik halus, koordinasi mata, tangan, dan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Konseling: Konseling psikologis dapat membantu anak mengatasi emosional, meningkatkan kepercayaan diri, dan mengembangkan keterampilan sosial.
- Terapi Wicara: Jika anak mengalami gangguan berbicara, terapi wicara dapat membantu meningkatkan kemampuan komunikasi.
6. Fokus pada Kemampuan:
- Kembangkan Minat dan Bakat : Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan minat dan bakatnya. Mendukung anak berpatisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler atau hobi yang sesuai.
- Percaya Diri: Membantu anak untuk mengembangkan rasa percaya diri, memberikan pujian, penghargaan atas usaha dan pencapaian anak.
7. Pendidikan Inklusi
Mempertimbangkan untuk menyekolahkan anak di sekolah inklusi, di mana anak dapat belajar dengan anak-anak lain tanpa disabilitas. Sekolah yang baik menyediakan fasilitas dan dukungan yang dibutuhkan untuk anak tuna daksa.
Penutup
Mendidik anak tuna daksa membutuhkan pendekatan yang sabar, penuh kasih sayang, dan menyesuaikan dengan anak berkebutuhan khusus. Untuk menciptakan lingkungan yang aman, mendukung, inklusif, baik di rumah atau di sekolah. Mengembangkan kemandirian, keterampilan sosial, dan emosional anak. Berkolaborasi dengan tenaga professional untuk memberikaan terapi yang sesuai.