Arini Febriani
Penulis Indscript
Saat ini semakin meningkat jumlah anak yang tantrum, karena disebabkan oleh keinginan anak yang tidak langsung dipenuhi. Sehingga anak mudah mengamuk, menangis dan terkadang menyakiti dirinya sendiri atau orang lain. Anak menjadi tantrum karena dia menjadikan itu sebagai cara untuk membujuk orang tuanya agar mendapatkan apa yang dia inginkan.
Contents
Menghadapi Anak Tantrum
Anak yang tantrum itu lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungannya, seperti kelalaian orang tua yang terlalu memanjakan anaknya sejak dini. Selalu memenuhi permintaan anak apabila anak sudah menangis. Sehingga anak menjadikan tangisannya sebagai sarana untuk dia mendapatkan sesuatu dengan mudah dan cepat.
Akan tetapi orang tua berpikir jika anaknya mulai besar, maka dia bisa membatasi keinginan anaknya. Justru itulah pemahaman yang keliru, sebab apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan dan diharapkan oleh orang tua. Inilah yang menjadi penyebab para orang tua terkadang menjadi hilang sabar ketika melihat anaknya yang sedang tantrum. Sehingga sangat mudah tersulut emosi yang menyebabkan memarahi anak dan memaksa anak untuk diam dengan membentak, tak jarang juga sampai memukul anak dengan tujuan agar anak menjadi takut dan berhenti dari tantrumnya.
Hal tersebut bukanlah cara yang tepat dalam menghadapi anak yang tantrum, melainkan membuat emosi anak menjadi semakin tidak terkontrol dan bisa menyebabkan trauma pada anak di kemudian hari. Nah, mari berbagi tahapan untuk menghadapi anak yang sedang tantrum, tanpa harus memarahi anak apalagi sampai memukul anak.
1. Meletakkan anak di tempat yang aman
Ketika anak sedang tantrum sebaiknya kita memindahkan anak dari tempat awalnya ke tempat yang aman dari hal-hal yang dapat membahayakan dirinya dan juga orang lain. Tempatkan anak jauh dari keramaian dan lebih baik membawa anak masuk ke dalam kamarnya, lalu kita menjauhkan diri darinya untuk memberikan anak waktu untuk melepaskan emosi dengan tangisannya. Tetapi kita juga harus tetap mengawasi anak dari kejauhan, sehingga nantinya kita mudah langsung menghampiri anak kalau dia ada reaksi untuk menyakiti dirinya.
2. Dekati anak dan mulai ajak berbicara
Saat emosi anak mulai mereda yang ditandai dengan mulai berhenti dia menangis, maka mulailah mendekati anak dan mulai mengajak anak untuk mengobrol secara perlahan. Gunakan nada yang lembut sehingga anak menjadi nyaman dan mau berbicara dengan kita. Tanyakan pada anak apa yang menjadi sebab dia menjadi tantrum.
3. Menasihati anak
Setelah anak bercerita apa yang menjadi sebab dia tantrum, maka berikanlah nasihat pada anak dengan lembut tapi dengan nada tegas mengingatkan kalau sikap tantrum itu tidak baik untuk dilakukan, apalagi sampai menyakiti diri sendiri atau orang lain. Dan juga memberitahu kepada anak untuk meminta dengan cara yang baik tanpa harus menangis dan memaksa.
4. Beri pelukan pada anak
Setelah cukup menasihati anak, maka berikanlah pelukan pada anak agar anak merasa semakin tenang dan merasa disayangi. Sehingga anak tidak berpikir kalau kita tidak peduli pada mereka yang bisa menyebabkan anak menjauhkan diri dari kita. Sebab pelukan orang tua adalah tempat ternyaman bagi anak.
5. Ajak anak melakukan aktivitas bersama
Setelah keadaan anak semakin tenang dan anak sudah merasa nyaman, maka ajaklah anak untuk melakukan aktivitas bersama, seperti bermain bersama, membereskan mainan, atau mengajaknya untuk bermain air. Karena anak-anak cenderung sangat suka dalam bermain air.
Kesimpulan
Bila anak sedang tantrum berusahalah untuk menenangkan diri terlebih dahulu dan jangan sampai tersulut emosi, sebab apabila diri belum tenang maka kita tidak bisa tenang dalam menghadapi anak sehingga mudah marah kepada anak. Tentunya itu akan membuat keadaan semakin buruk, dan bisa menumbuhkan kebencian anak kepada kita. Bisa juga meninggalkan trauma pada anak dan berdampak pada psikisnya di kemudian hari.