Ineng Listiana
Penulis Indscript
Kuliner Nusantara memiliki berbagai varian menu olahan nangka muda. Salah satunya adalah megono, yang merupakan olahan nangka muda cacah atau “cecek” dalam Bahasa Jawa khas Batang. Nangka muda ini dicacah (diiris kecil-kecil) sampai mendekati ukuran kelapa parut, lalu dipadu dengan bahan lain dan bumbunya, sehingga menghasilkan rasa gurih. Rasa pedas cabe juga bisa ditambahkan untuk menambah selera.
Megono sendiri selalu dihidangkan bersama nasi putih, karena megono adalah sejenis olahan sayuran pelengkap nasi. Oleh karena itu masyarakat sering menyebut hidangan ini sebagai nasi megono atau “sego megono” dalam Bahasa Jawa. Megono berasal dari kata “mergo” dan “ono”. “Mergo” artinya karena, “ono” artinya ada (www.visitjawatengah.jatengprov.go.id, 2024).
Nasi megono sering dikonsumsi bersama dengan tempe tepung goreng. Penjual-penjual sarapan banyak yang berjualan nasi megono dan tempe goreng di setiap sudut kota Batang, baik berupa warung, lapak kaki lima, ataupun penjual keliling bersepeda. Mereka menjual nasi megono bersama lauk-lauk lainnya dan beberapa penjual juga menambah barang dagangannya dengan jajanan-jajanan tradisional khas Batang.
Pada acara-acara tertentu yang diselenggarakan oleh masyarakat Batang, nasi megono selalu menjadi hidangan utama. Terkadang disajikan bersama sayur oseng, ikan asin tipis goreng, sambal terasi, tempe goreng, dan lauk lainnya. Contoh acara-acara tersebut adalah acara Hari Raya Kemerdekaan RI, acara halal bihalal, syukuran, kerja bakti, dan lain-lain. Rasanya tanpa nasi megono, tidaklah lengkap hidangan pada acara-acara tersebut.
Contents
Filosofi Nasi Megono
Di balik tampilan nasi megono yang sederhana, tersimpan cerita kepahlawanan prajurit Kesultanan Mataram dengan keberaniannya melawan pasukan Belanda pada tahun 1628 (www.pojokbaca.id, 2024). Mereka di bawah pimpinan Bahureksa. Kala itu para prajurit berusaha memenuhi kebutuhan mereka akan makanan. Dalam keadaan di tengah peperangan, para penduduk setempat (Batang dan Pekalongan) berusaha menyambut pasukan Mataram yang baru datang dengan makanan seadanya. Warga berusaha memanfaatkan bahan makanan yang melimpah di daerah Batang dan Pekalongan, yaitu buah nangka muda. Buah nangka muda tersebut dicacah (“cecek”) dan dicampur dengan parutan kelapa, diberi bumbu rempah dan dimasak dengan dikukus.
Keberhasilan para warga menciptakan hidangan baru telah menorehkan catatan sejarah akan kuliner khas Batang. Kuliner ini kemudian dilestarikan oleh warga turun-temurun, dengan terus membiasakannya dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari, juga pada acara-acara tertentu yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Perbedaan Nasi Megono Khas Batang Dengan Nasi Megono Dari Daerah Lain
Beberapa daerah sekitar Batang juga memiliki kuliner nasi megono, seperti Pekalongan (sesuai sejarah terciptanya hidangan nasi megono), Pemalang, Wonosobo, dan Temanggung. Seiring bertambahnya waktu, terjadi perubahan
resep dari generasi ke generasi, sehingga terdapat perbedaan antara nasi megono khas Batang dan daerah lainnya.
Nasi megono khas Batang menggunakan bahan utama nangka muda yang sudah dicincang/dicacah dan parutan kelapa muda. Sedangkan bumbu-bumbunya adalah cabe merah, bawang putih, bawang merah, kemiri, ketumbar, kencur, terasi, gula, garam, dan daun salam. Cara memasaknya adalah dengan dikukus.
Nasi megono di daerah lain pada dasarnya menggunakan bahan dan bumbu utama yang sama. Hanya terdapat sedikit perbedaan dari penambahan bahan dan bumbu, serta cara memasaknya. Nasi megono khas Pekalongan mempunyai satu perbedaan, yaitu menggunakan bahan irisan bunga kecombrang. Nasi megono khas Pemalang
kurang lebih sama dengan nasi megono khas Batang. Nasi megono khas Wonosobo menggunakan bahan tambahan berupa irisan kol dan ebi, serta cara memasaknya dengan ditumis. Nasi megono khas Temanggung menggunakan bahan tambahan daun lembayung, kacang panjang, dan teri. Sedangkan cara memasaknya adalah dengan dikukus seperti nasi megono Batang.
Kuliner Nasi Megono Selalu Siap Setiap Waktu Di Daerah Batang
Bila anda tinggal di daerah Batang dan menyukai nasi megono, anda tidak perlu khawatir untuk menemukan hidangan ini dari pagi hingga malam. Di pagi hari, banyak penjual sarapan, baik yang berupa kaki lima lesehan, maupun penjual keliling bersepeda, selalu siap menjajakan nasi megono beserta lauk pelengkap lainnya dengan harga sangat murah. Untuk nasi megono tanpa lauk, anda hanya perlu membayar Rp 3000,00.
Sedangkan di siang hari, giliran warung-warung penjual nasi lauk yang menjajakan nasi megono dan hidangan-hidangan lainnya. Di malam hari, bila anda berjalan-jalan ke alun-alun kota Batang, anda dapat menemukan hidangan nasi megono dengan mudah di area pinggiran alun-alun.
Bila anda bukan penduduk asli daerah Batang, mungkin pada awalnya akan ada kejutan pada cita rasa yang anda temukan pada nasi megono. Namun, bila anda sering mengonsumsinya, suatu saat anda akan merasakan kerinduan akan kuliner ini ketika sudah lama tidak merasakannya, apalagi ditambah sambal dan lauk lainnya.
Sumber gambar: pariwisata.batangkab.go.id