Ineng Listiana
Penulis Indscript
Pernahkah Anda merasakan nikmatnya tempe mendoan? Bagi warga Banyumas dan sekitarnya, sudah bisa dipastikan kalau jenis hidangan tempe ini sangat lezat, meskipun menurut ahli gizi, hidangan ini sarat dengan kolesterol. Namun apalah daya bila sudah pernah mencicipi atau terbiasa menikmati hidangan lezat ini.
Mendoan telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 2021 (rri.co.id,2023). Makanan khas daerah Banyumas ini di kategorikan sebagai Ketrampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional. Daerah Banyumas sendiri meliputi kota Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Banyumas, dan Purwokerto.
Mendoan, yang sejatinya adalah tempe berbalur tepung, memiliki ciri khas berbeda dari tempe tepung pada umumnya di Indonesia. Di daerah-daerah lain, tempe berbalur tepung pada umumnya hanya menggunakan bumbu dasar tempe goreng, yaitu garam, bawang dan ketumbar. Sedangkan mendoan menggunakan bumbu racikan khusus turun-temurun di daerah Banyumas.
Penamaan “mendoan” berasal dari kata “mendo” , yang berasal dari Bahasa Jawa Banyumas, yang artinya setengah matang (rri.co.id, 2023). Mendoan pada umumnya memang dinikmati dengan teknik menggoreng setengah matang, meskipun beberapa orang lebih menyukai mendoan yang lebih matang.
Contents
Ciri Khas Mendoan
Sebagai salah satu kuliner khas daerah Banyumas, mendoan memiliki ciri khas tertentu, yaitu:
1. Berwarna kuning pucat atau pekat berbalur hijau daun bawang ketika matang atau siap disajikan
Mendoan pada umumnya dinikmati setengah matang atau hanya digoreng sebentar, berbeda dengan hidangan tempe tepung untuk lauk biasa. Warna kuning yang dihasilkan berasal dari bumbu kunyit dan beberapa titik berwarna hijau berasal dari irisan daun bawang yang menambah cita rasa mendoan.
2. Mendoan mentah berbentuk tipis dan lebar, sehingga ketika dimasak juga berbentuk sama
Tempe-tempe mentah untuk lauk di semua daerah Indonesia umumnya berbentuk lebih tebal, baik segi tiga maupun persegi panjang. Sedangkan mendoan berbentuk lembaran tipis persegi panjang yang lebar, sehingga tempe ini tidak perlu diiris lagi ketika digoreng. Biasanya mendoan mentah dibungkus daun pisang beberapa lapis yang menyimpan beberapa tempe dalam satu ikatan.
3. Mendoan lebih banyak dinikmati dalam keadaan setengah matang
Berbeda dengan tempe tepung untuk lauk, mendoan digoreng setengah matang, sehingga warnanya saat matang tidak sampai kecoklatan. Mendoan juga nikmat bila dikonsumsi bersama nasi putih, terutama saat masih hangat. Cita rasa mendoan “basah” (tidak kering) dipadu dengan nasi memberikan keunikan rasa tersendiri pada jenis kuliner Banyumas ini.
Di daerah-daerah lain yang sudah mulai menjajakan mendoan, mendoan dinikmati langsung tanpa nasi dan dicelupkan ke dalam sambal kecap. Di daerah asalnya, mendoan tanpa nasi dikonsumsi dengan cabe rawit yang digigit sebagai pemberi rasa pedas.
4. Bumbu mendoan berbeda dengan hidangan tempe tepung untuk lauk
Mendoan diracik dengan bumbu yang sudah turun-temurun digunakan di Banyumas. Bumbu tersebut terdiri dari bawang, kunyit, ketumbar, kemiri, kencur, garam, dan irisan daun bawang. Tepung yang dipakai adalah tepung terigu, atau dicampur dengan tepung lain sesuai selera.
Mendoan Sebagai Kuliner Khas Daerah Banyumas Yang Bisa Dinikmati Oleh Berbagai Generasi
Saat ini mendoan mulai dikenal dan dikonsumsi di daerah-daerah lain selain Banyumas, bahkan di luar Pulau Jawa. Beberapa pedagang bahkan memproduksi mendoan yang mereka jual di daerah lain. Pedagang-pedagang tersebut biasanya berasal dari daerah Banyumas juga. Di pasar setempat juga terdapat beberapa pedagang yang menjual mendoan mentah. Jadi tidak sulit lagi bagi perantau asal Banyumas untuk mencari mendoan di kota lain.
Mendoan telah melintasi berbagai daerah dan generasi, dan terbukti banyak orang yang menyukainya dan merindukannya ketika lama tidak berkunjung ke daerah Banyumas. Oleh karena itu, warga Banyumas sepatutnya bangga memiliki jenis kuliner yang legendaris ini.