AniAz Hady
Penulis Indscript
Belakangan, afirmasi positif dianggap sangat berguna untuk memotivasi diri sendiri. Bahkan seringkali dijadikan rutinitas harian, dengan harapan semua akan berjalan lancar. Tak jarang ditemui, ungkapan afirmasi positif bahkan dijadikan status dalam unggahan di media sosial oleh beberapa orang.
Bahasan afirmasi positif ini, juga semakin masif merambat ke dalam dunia parenting. Para praktisi, mulai meyakini untuk menerapkannya pada pola asuh anak. Mereka menganggap, bahwa afirmasi positif adalah teknik penting dalam pengembangan diri anak. Padahal setiap segala sesuatu, perlu dikaji lebih dalam lagi baik buruknya, “plus minus”-nya. Demi menimbang kebermanfaatannya secara optimal, tanpa menimbulkan keburukan di kemudian hari.
Lalu, apa itu afirmasi positif? Yaitu pernyataan, ungkapan, atau kalimat yang dirancang untuk memengaruhi pola pikir seseorang secara positif. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan rasa percaya diri, motivasi, dan kesejahteraan emosional. Ini dilakukan dengan cara mengganti pemikiran negatif atau bahkan perasaan pesimis, menjadi lebih optimis dan produktif.
Contents
Manfaat Afirmasi Positif dalam Parenting Anak
Berdasarkan penjelasan di atas, tidak dipungkiri bahwa afirmasi positif mempunyai banyak manfaat. Dalam dunia parenting sendiri, afirmasi positif juga memiliki beberapa nilai “plus” yang dapat mendukung perkembangan anak. Selain itu juga bisa memperkuat hubungan antara orang tua dan anak. Berikut beberapa manfaat utama afirmasi positif dalam parenting:
1. Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak
Afirmasi positif membantu anak merasa dihargai, diakui, dan dihormati. Ini dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka. Misalnya, dengan mengatakan, “Aku yakin, Kamu bisa!, anak akan merasa lebih bersemangat lagi.
2. Mengurangi Stres dan Kecemasan
Afirmasi positif juga dapat membantu anak mengelola perasaan negatif seperti stres dan kecemasan. Dengan pernyataan yang membangkitkan semangat, anak akan merasa lebih tenang dan lebih siap menghadapi tantangan.
3. Membangun Hubungan yang Lebih Kuat
Afirmasi positif lebih memungkinkan orang tua untuk menunjukkan kasih sayang dan perhatian mereka kepada anak. Itu akan memperkuat ikatan emosional di antara mereka. Anak merasa lebih diterima dan dipahami. Hubungan pun, menjadi lebih sehat antara orang tua dan anak.
4. Menumbuhkan Pola Pikir Positif
Menerapkan afirmasi positif secara konsisten, dapat membantu anak mengembangkan pola pikir yang lebih positif dan optimis. Anak belajar untuk fokus pada hal-hal baik dalam menjalani hidup, daripada terjebak dalam masalah atau kekhawatiran.
5. Meningkatkan Pengelolaan Emosi
Afirmasi positif membantu anak untuk mengidentifikasi dan mengelola perasaan mereka dengan lebih baik. Dengan pernyataan yang membenarkan tanpa menghakimi, anak akan belajar bahwa perasaan mereka dihargai. Terlebih lagi, mereka dapat mengendalikannya.
6. Meningkatkan Kemandirian dan Tanggung Jawab
Dengan afirmasi yang penuh dukungan, anak merasa lebih percaya diri untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas tindakannya. Pernyataan yang meyakinkan, dapat memotivasi anak untuk lebih mandiri.
Dampak Negatif Afirmasi Positif bagi Anak
Meskipun afirmasi positif memiliki banyak manfaat, ternyata ada juga beberapa dampak negatif yang bisa ditimbulkannya. Terlebih, jika tidak diterapkan dengan bijaksana atau dilakukan secara berlebihan. Berikut beberapa poin “minus”, dari penerapan afirmasi positif yang keliru:
1. Kesulitan Menghadapi Realitas
Afirmasi positif yang terlalu sering, dapat menciptakan kenyataan yang tergerus. Jika anak selalu ditunjukkan sisi positif tanpa memahami tantangan atau hambatan yang ada, mereka mungkin tidak siap menghadapi kenyataan atau kesulitan hidup. Padahal kehidupan, tidak akan selalu sesuai dengan harapan atau afirmasi mereka. Pada akhirnya, anak akan terus berusaha menyangkal kenyataan yang dihadapinya.
2. Ketergantungan pada Pengakuan Eksternal
Jika terlalu sering memberikan afirmasi positif, anak bisa menjadi tergantung pada pujian eksternal untuk merasa berharga atau yakin. Hal ini, bisa menghambat perkembangan rasa percaya diri yang berasal dari dalam diri mereka sendiri. Sehingga mereka mungkin kesulitan mengatasi tantangan, masalah, atau kegagalan tanpa bantuan dari orang lain.
3. Ekspektasi yang Tidak Realistis
Afirmasi positif yang terlalu optimis atau berlebihan dapat menciptakan harapan yang tidak realistis pada anak. Melabeli anak dengan standar tinggi lewat afirmasi, bisa menyebabkan anak merasa tertekan untuk mencapai standar tersebut. Anak merasa, itu tidak mungkin dipenuhi, yang dapat berujung pada kekecewaan atau kecemasan.
4. Mengurangi Rasa Tanggung Jawab
Jika afirmasi positif terpusat pada pujian yang berlebihan, anak mungkin mulai merasa bahwa mereka tidak perlu berusaha keras untuk mencapai tujuan. Memuji tanpa melihat usaha yang dilakukan anak, maka sangat mungkin anak menganggap bahwa kemampuan mereka datang dengan mudah, bukan hasil dari kerja keras.
5. Mengabaikan Perasaan Negatif yang Sehat
Terlalu fokus pada afirmasi positif, dapat membuat anak merasa bahwa perasaan negatif harus dihindari atau disembunyikan. Padahal, itu juga merupakan bagian dari proses perkembangan emosional yang sehat. Anak harus tetap diberikan ruang, untuk merasakan atau mengungkapkan perasaan negatif mereka. Jika tidak, maka bisa menghambat kemampuan anak untuk mengelola emosi secara sehat.
6. Menyebabkan Perasaan Tidak Dihargai dan Keterpurukan
Kebiasaan afirmasi positif konstan, mungkin mengakibatkan anak merasa tidak dihargai atau diabaikan jika mereka tidak menerima pujian atau dukungan yang sama. Ini bisa menurunkan rasa harga diri mereka, terutama jika mereka mulai merasa bahwa mereka hanya dihargai saat menerima pujian. Tentu ini berbahaya sekali bagi perkembangan anak, apalagi jika sampai menyebabkan keterpurukan.
Penutup
Secara keseluruhan, afirmasi positif dalam parenting dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung, penuh perhatian, dan kasih sayang. Ini tentu bermanfaat bagi perkembangan emosional, mental, dan sosial anak. Meski begitu, tetap perlu diwaspadai kemungkinan munculnya dampak buruk bagi anak. Kemudian, untuk menghindari dampak negatif yang mungkin timbul, penting bagi orang tua untuk menggunakan afirmasi positif dengan seimbang, realistis, dan sesuai dengan situasi. Afirmasi sebaiknya tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga dilihat usaha dan proses yang dijalani anak. Selain itu, perlu untuk memberi ruang bagi anak dalam mengungkapkan perasaan negatif. Mengajarkan mereka cara mengelola emosi adalah bagian dari pengembangan diri yang sehat.