Amalia Maurizka
Penulis Indscript
Tuna rungu adalah kondisi pendengaran seseorang terganggu. Kondisi ini bisa hanya sementara atau permanen, untuk berkomunikasi dengan penyandang tuna rungu memerlukan komunikasi khusus agar pembicaraan bisa tersampaikan dengan baik. Ada dua jenis gangguan pendengaran yang membuat seseorang menjadi tuna rungu, yaitu yang bersifat bawaan (sudah ada sejak lahir) dan terjadi setelah lahir.
Tuna rungu yang terjadi setelah lahir biasanya disebabkan oleh suara keras dalam jangka panjang, cidera, usia, dan penyakit tertentu, misalnya infeksi.
Sementara itu, tuna rungu bawaan bisa disebabkan oleh keturunan dari orang tua, mutasi genetik, dan terpapar penyakit ketika masih di dalam kandungan.
Contents
Alat Bantu Pendengaran untuk Tuna Rungu
Alat bantu pendengaran dapat berupa implan koklea yang dipasang pada telinga. Melalui operasi implan koklea atau alat bantu dengar yang bisa dipasang dan dilepas sesuai keinginan. Fungsi pendengaran untuk penyandang tuna rungu bisa terbantu untuk penggunaan alat bantu dengar. Selain itu, perangkat pengeras suara dapat dipasang di alat elektronik, seperti radio, telepon, atau TV agar penderita gangguan pendengaran bisa menikmati acara dan berinteraksi.
Cara Berkomunikasi dengan Penyandang Tuna Rungu
Berkomunikasi dengan seorang penyandang tuna rungu sebenarnya tidak sulit, kita hanya perlu mempelajari caranya dan sedikit bersabar. Cara yang dapat dilakukan untuk berkomunikasi dengan penyandang tuna rungu adalah sebagai berikut:
Mencari Perhatian
Jika berniat untuk berkomunikasi dengan seorang tuna rungu, penting untuk mendapatkan perhatiannya. Sentuh atau tepuk pundaknya untuk memberi isyarat.
Posisi Wajah Sejajar
Saat berkomunikasi sejajarkan mata kita dengan dirinya, tidak berada terlalu dekat dengannya agar ia bisa melihat semua bahasa tubuh dan lokasi pembicaraan yang cukup terang.
Menggunakan ekspresi wajah
Isyarat non-verbal dapat membantu dalam menyampaikan pesan, menggunakan ekspresi wajah bisa lebih mudah memahami arah pembicaraan.
Kontak mata
Melepaskan media penghalang apa pun yang bisa mengganggu jalinan komunikasi, seperti masker dan kaca hitam. Selama berbicara dengan tuna rungu, jangan melepaskan kontak mata dan fokus dengan dirinya.
Mencari tempat yang tenang
Jika memungkinkan, cari tempat yang sunyi dan mengecilkan sumber suara yang ada di dekatnya.
Berbicaralah dengan normal dan jelas
Hindari berbisik atau mengeras suara karena bisa menyulitkan dalam membaca dan gerakan bibir. Bicaralah dengan suara dan kecepatan normal, hidari berbicara sambil mengunyah atau menutupi mulut
Bertanya apa sudah mengerti
Berkomunikasi dengan penyandang tuna rungu mungkin merupakan tantangan tersendiri. Ketika harus berkomunikasi dengan mereka secara rutin, sebaiknya harus mempelajari bahasa isyarat dengan resmi agar kedua belah pihak saling memahami isi pembicaraan dengan lebih mudah. Memberikan umpan balik untuk memastikan apakah dia sudah mengerti apa yang dikatakan atau belum. Dapat mengulangi apa yang disampaikan atau menulis di kertas. Dengan menggunakan bahasa isyarat ketika berkomunikasi, penyandang tuna rungu akan merasa lebih nyaman, dibandingkan harus memperhatikan atau membaca gerakan bibir lawan bicara.
Menghadapi Orang Tuli dan Melakukan Kontak Mata
Cara orang tuli berkomunikasi dengan membaca ekspresi wajah dan gerakan tubuh. Yang paling penting untuk diingat, dan mempelajari cara berkomunikasi dengan orang tuli, hindari menutup mulut atau mengalihkan pandangan, karena yang sulit mendengar berarti kita perlu memahami apa yang mereka katakan.
Periksa metode komunikasi yang disukai oleh tuna rungu
Banyak cara untuk berkomunikasi, sebaiknya jangan berasumsi dan tanyakan kepada mereka (atau gunakan bahasa isyarat). Orang tuna rungu memiliki prefrensi yang berbeda dalam berkomunikasi.
Waspada terhadap kebisingan dan pencahayaan
Karena orang tuna rungu bergantung pada bahasa isyarat visual, ada dua hal yang harus diperhatikan saat berkomunikasi: kebisingan harus pada tingkat minimal dan pencahayaan harus cukup baik. Sehingga dapat melihat lawan bicara dengan jelas. Banyak orang tuna rungu yang masih bisa mendengar dengan alat bantu dengar, implan koklea, dan kebisingan latar belakang yang kuat serta pencahayaan yang redup membuat komunikasi menjadi sulit.
Penutup
Untuk berkomunikasi secara efektif dengan tuna rungu, bicaralah dengan jelas dan perlahan, menggunakan bahasa tubuh yang sesuai, memastikan adanya kontak mata, dan gunakan alat bantu komunikasi seperti bahasa isyarat atau tulisan jika diperlukan. Mempelajari cara berkomunikasi dengan tuna rungu bisa jadi hal yang menakutan, jika kita bisa mendengar. Selain itu, menujukkan minat kita untuk bersikap inklusif dengan melangkah keluar dari zona
nyaman.