Leni Nurindah
Penulis Indscript
Di era digital, membagikan momen kehidupan di media sosial sudah menjadi hal yang biasa, termasuk bagi para orang tua yang ingin menunjukkan kebahagiaan mereka saat mengasuh anak. Fenomena ini dikenal sebagai sharenting, yaitu gabungan dari kata share (berbagi) dan parenting (pengasuhan). Sharenting merujuk pada kebiasaan orang tua membagikan foto, video, atau informasi pribadi anak mereka di media sosial.
Meskipun sering dilakukan dengan niat baik, seperti mengabadikan momen berharga atau berbagi pengalaman mengasuh anak, sharenting juga memiliki risiko yang perlu diperhatikan. Privasi dan keamanan anak bisa terancam jika informasi yang dibagikan disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Contents
Banyak orang tua melakukan sharenting dengan berbagai alasan, antara lain:
1. Membagikan Kebahagiaan
Orang tua merasa bangga terhadap perkembangan anak mereka dan ingin membagikan momen-momen spesial kepada keluarga dan teman.
2. Mendapatkan Dukungan dan Saran
Media sosial menjadi tempat bagi orang tua untuk bertukar pengalaman dan mendapatkan saran dari komunitas parenting.
3. Mendokumentasikan Pertumbuhan Anak
Media sosial sering dijadikan sebagai album digital untuk menyimpan kenangan berharga tentang anak.
4. Membangun Personal Branding
Beberapa orang tua, terutama influencer parenting, menggunakan sharenting sebagai bagian dari strategi personal branding dan konten media sosial mereka.
Meskipun terlihat tidak berbahaya, kebiasaan membagikan informasi tentang anak di media sosial bisa menimbulkan berbagai risiko, seperti:
1. Ancaman Privasi Anak
Informasi yang dibagikan di media sosial bisa digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, termasuk pencurian identitas atau penyalahgunaan data anak di masa depan.
2. Jejak Digital yang Sulit Dihapus
Setiap unggahan di internet meninggalkan jejak digital yang bisa bertahan selamanya. Foto atau video anak yang terlihat lucu saat kecil mungkin bisa menjadi sumber rasa malu atau masalah ketika mereka dewasa.
3. Eksploitasi Anak di Dunia Maya
Ada risiko bahwa foto atau video anak bisa disalahgunakan oleh predator online atau masuk ke dalam lingkaran kejahatan digital seperti pornografi anak.
4. Pelanggaran Hak Anak atas Privasi
Anak memiliki hak atas privasi mereka sendiri. Jika orang tua terus-menerus membagikan kehidupan mereka tanpa izin, anak mungkin merasa tidak memiliki kendali atas citra dirinya.
5. Tekanan Sosial bagi Anak
Anak-anak yang sering diekspos di media sosial bisa tumbuh dengan perasaan harus selalu tampil sempurna untuk memenuhi ekspektasi orang tua dan lingkungan.
Untuk menghindari dampak negatif sharenting, orang tua bisa menerapkan beberapa langkah berikut:
1. Pikirkan Sebelum Mengunggah
Sebelum membagikan foto atau video anak, tanyakan pada diri sendiri: Apakah ini akan membuat anak merasa tidak nyaman di masa depan? Apakah informasi ini terlalu pribadi?
2. Gunakan Pengaturan Privasi
Pastikan akun media sosial memiliki pengaturan privasi yang ketat agar hanya orang-orang terpercaya yang bisa melihat unggahan tentang anak.
3. Hindari Membagikan Informasi Sensitif
Jangan pernah membagikan informasi seperti nama lengkap, tanggal lahir, lokasi sekolah, atau detail lain yang bisa membahayakan keamanan anak.
4. Minta Izin Anak (Jika Sudah Cukup Usia)
Jika anak sudah cukup besar, tanyakan pendapat mereka sebelum mengunggah foto atau video yang melibatkan mereka. Ini akan membantu anak memahami pentingnya privasi sejak dini.
Tidak semua momen anak perlu dibagikan di media sosial. Simpan beberapa kenangan untuk dinikmati secara pribadi atau dalam lingkup keluarga saja.
Penutup
Sharenting adalah fenomena yang wajar terjadi di era digital, tetapi orang tua harus bijak dalam melakukannya. Selain mempertimbangkan keamanan dan privasi anak, penting untuk menghormati hak mereka atas kendali terhadap identitas digital mereka. Dengan mengelola sharenting secara bertanggung jawab, orang tua dapat tetap mendokumentasikan momen berharga tanpa mengorbankan keamanan dan kenyamanan anak di masa depan.