Ineng Listiana
Penulis Indscript
Kemajuan jaman telah memicu kemajuan tekonologi, salah satunya adalah teknologi komunikasi, yaitu ponsel. Kini ponsel sudah umum dipakai oleh sebagian besar masyarakat dalam berbagai kelompok usia, termasuk anak-anak. Sayang sekali, penggunaan ponsel pada anak-anak ini tidak diimbangi dengan pengawasan yang baik dari pihak orang tua. Sebagian orang tua membiarkan anak-anaknya bermain ponsel sepanjang hari, demi “kedamaian” bagi orang tua, agar bisa menjalankan aktifitas di rumah sehari-hari dengan baik.
Hal ini cukup berbahaya bagi perkembangan fisik anak, terutama di bagian mata. Permainan video game yang terlalu lama akan mengakibatkan mata lelah dan kekeringan karena jarang berkedip ketika bermain game (www.rsud.cilacapkab.go.id). Selain itu sinar biru (blue light) yang dipancarkan dari layar smartphone dapat menyebabkan kerusakan retina akibat dari degenerasi macula, yaitu suatu penyakit yang menyebabkan kehilangan penglihatan.
Contents
Bahaya Bermain Ponsel Terlalu Lama
Meskipun masih sangat muda dalam segi usia, anak-anak juga dapat diberi pengertian tentang bahaya bermain ponsel terlalu lama. Adapun cara memberi pengertian pada anak tentang bahaya bermain ponsel adalah sebagai berikut:
1. Sesuaikan bahasa yang digunakan dengan usia anak
Seorang anak balita dengan seorang anak SD tentu berbeda dalam penggunaan bahasa. Untuk menasehati seorang anak balita, orang tua dapat menggunakan video-video yang menunjukkan bahaya bermain ponsel terlalu lama. Contoh- contoh nyata sudah banyak diperlihatkan di media sosial tentang kejadian-kejadian anak-anak yang matanya rusak akibat bermain ponsel terlalu lama. orang tua bisa mencarinya di channel www.youtube.com.
Untuk anak-anak SD ke atas, orang tua bisa memberikan pengertian bahaya bermain ponsel terlalu lama dengan bahasa sesuai usia mereka. Selain itu, video-video dari media sosial dapat juga disertakan sebagai pendukung penjelasan orang tua.
2. Berikan pengertian bahaya bermain ponsel terlalu lama di saat anak-anak tidak sedang sibuk melakukan sesuatu
Orang tua dapat memberikan pengertian tentang bahaya bermain ponsel terlalu lama ketika anak sedang bersantai, sesudah shalat, atau sesudah belajar. Pada waktu-waktu ini, anak-anak akan lebih menerima penjelasan orang tua, daripada ketika mereka sedang sibuk melakukan suatu kegiatan, seperti makan, belajar, mengaji, dan sebagainya.
Manajemen Waktu Anak Bermain Ponsel
Ada beberapa cara membagi waktu anak-anak dalam bermain ponsel di sela-sela kegiatan mereka sehari-hari. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dipilih orang tua:
1. Bermain ponsel setiap hari di jam-jam tertentu, paling banyak dua jam
Orang tua hendaknya tidak membiarkan anak bermain ponsel di pagi hari, sebab aktifitas di pagi hari sangat padat, mulai dari shalat Shubuh, mandi, sekolah, hingga sarapan. Beri waktu anak misalnya satu jam atau kurang saat sepulang sekolah dan satu jam atau kurang saat sore atau malam. Ini berlaku untuk semua hari, termasuk hari libur.
2. Bermain ponsel hanya saat libur
Bermain ponsel hanya pada saat hari libur membuat anak lebih berkonsentrasi pada pelajaran sekolahnya sehari-hari. Tidak akan ada bayangan gambar-gambar game di kepalanya saat di sekolah.
Orang tua juga dapat memberikan anak waktu bermain ponsel hanya saat telah berhasil melakukan suatu pekerjaan dengan baik. Akan tetapi, hal ini tidak boleh diberikan terlalu sering dalam sehari. Hadiah bermain ponsel bisa diberikan misalnya saat anak berhasil membantu ibu menjaga adiknya selama ibu memasak, atau saat anak berhasil menyelesaikan suatu perlombaan dengan baik, meskipun tidak juara.
Pentingnya Konsistensi Dalam Manajemen Waktu
Dari semua penjelasan di atas, tentu orang tua harus selalu konsisten menerapkan manajemen waktu anak bermain ponsel. Dengan konsistensi, anak-anak akan patuh pada manajemen waktu ini, lebih bertanggung jawab dalam bermain ponsel, dan lebih mengerti kapan dia bisa bermain ponsel atau tidak.
Apabila manajemen bermain ponsel ini diterapkan pada anak sedari kecil, bahkan balita, anak-anak akan terus mengikuti aturan ini, bahkan sampai dia berusia remaja. Pada akhirnya anak-anak akan bisa menerapkan aturannya sendiri sesuai ajaran orang tua, meskipun jauh dari orang tua.